Kamis, 30 Desember 2010

bangkit sekarang atau engkau akan dihancurkan Alloh

Kita terus menipu diri sendiri, seakan masih berada di jalur yang benar. Kita mengutuk habis-habisan kondisi eksternal yang menjadikan nasib kita begini. Padahal...

Mengapa bangsa yang mencintai dan memuliakan agama agung ini jadinya seperti ini? Kenapa kita seakan-akan membeku saat menyaksikan saudara-saudara Muslim kita tertindas, lemah, dan menjadi sasaran kebengisan kaum kuffar beserta kaki tangannya?

Kenapa nasib ummat Islam mengenaskan dan memprihatinkan? Kenapa kita menjadi mangsa bangsa-bangsa lain? Pertanyaan-pertanyaan ini sudah usang, tapi masih terus kita ulang-ulang, seolah-olah kita menampik dan menangkis kenyataan yang terjadi pada diri kita sendiri. Allah memberi petunjuk sederhana yang sangat strategis dalam al-Qur'an:

"Musibah apapun yang menimpa kamu adalah karena ulah tanganmu sendiri." (asy-Syura: 30)

Sebaliknya, Allah Azza wa Jalla telah menjadikan sunnah kemenangan bagi ummat Islam yang tidak meleset sampai hari kiamat:

"Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong Allah, Dia pasti menolongmu pula dan meneguhkan kedudukanmu." (Muhammad: 7)

Sungguh keterlaluan. Pada masa krisis seperti saat ini kita masih bisa mengada-ada untuk menghibur diri sendiri dan menutupi kelemahan di mata orang. Tidak ada yang lebih mudah dari menyalahkan angin yang berhembus dari timur daripada mengatakan kenapa kita datang dari barat. Belum pernah ada pengakuan bahwa kitalah yang salah, karena mendayung perahu menantang angin.

Sehari-hari kita menipu diri kita sendiri. seolah-olah kita telah berada di jalur yang benar. Kita mengira dan mengutuk habis-habisan kondisi eksternal-lah yang menjadikan nasib kita seperti ini. Keadaan luar itulah yang salah, bukan kita. Dengan demikian permasalahan selalu berada di lingkaran kemustahilan. Tidak ada yang bisa kita perbuat kecuali menutupi diri kita dengan tabir yang tebal agar kita tidak bisa melihat diri sendiri.

Pertanyaannya, sampai kapan kita bersikap seperti ini? Perubahan nasib ummat di tangan ummat itu sendiri. Kita tidak bisa mengarapkan siapa-siapa. Begitulah sunnah Allah.

"Sesungguhnya Allah tidak mengubah apa yang ada pada suatu kaum sebelum mereka sendiri mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri." (ar-Ra'd: 11)

Untuk itu, jangan berangan-angan seolah-olah perubahan nasib ummat bisa dilakukan seperti membalikkan tangan. Pelu pejuangan panjang. Perlu ada perencanaan, program, dan agenda aksi. Bukan dengan angan-angan dan koar-koar kosong. Alah berfirman:

"Tidaklah dengan angan-angan kamu dan tidak pula dengan angan-angan ahlul kitab. Siapa yang berbat jahat akan dibalasi dengannya. Dia tidak akan mendapatkan selain Allah sebagi wali dan penolong." (an-Nisaa: 123)

Kali ini kita kalah di segenap medan perjuangan, baik ketika harus berhadapan dengan nafsu diri kita sendiri, dengan orang-orang kuffar yang melancarkan makar di dalam tubuh bagsa dan tanah air sendiri, maupun dengan bangsa-bangsa lain. Sebabnya jelas, pengabaian terhadap kepentingan-kepentingan yang telah ditetapkan oleh Allah Subhanaahu wa ta'ala.

Musuh musuh Islam seharusnya segan kepada pada ummat Islam, takut dan khawatir untuk berbuat yang menggoyah kedamaian yang hendak dibangun di atas Islam. Akan tetapi kenyataannya terbalik. Ummat Islam justeru yang khawatir dan ketakutan kepada mereka. Hal ini karena ita tidak melaksanakan firman Allah berikut ini:

"Siapkanlah untuk (menghadapi) mereka kekuatan dan peralatan berupa (kuda-kuda (yang tangkas dan lain seumpamanya) yang mungkin kamu himpun untuk menteror musuh Allah dan musuh kamu serta pihak-pihak lain. kamu tidak mengetahui mereka, tetapi Alla-lah yang mengetahui mereka." (al-Anfaal: 60)

Bagaimana hal ini jika kita bandingkan dengan keadaan kita sekarang? Kenyataan menunjukan bahwa sampai saat ini kita belum mempersiapkan apa-apa. Kita masih belum melaksanakan perintah ayat ini, yang karenanya, jangankan musuh ketakutan, justru mereka yang selalu memulai inisiatif penyerangan. Mereka menganggap remeh dan kecil kekuatan Islam, sehingga dengan mudahnya mereka masuk, menyebarkan provokasi, dan selanjutnya memporak-porandakan barisan Islam dari dalam.

Negara-negara Muslim dewasa ini hidup dengan penuh keterantungan kepada negara-negara maju yang nota bene kafir. Seakan-akan habis ingatan kita, tentang bagaimana Raja Faisal mengembargo Eropa dan Amerika dari minyak ekspor Arab Saudi dan negara-negara Arab. Ketika itu sempat terangkat juga kedaulatan dan kewibawaan bangsa Muslim. Sementara kita saat ini bahkan tidak lagi menjadi tuan di negeri sendiri. Persenjataan tergantung kepada mereka, ekonomi tergantung kepada mereka, demikian juga dalam masalah politik. Tak ubahnya kita adalah robot-robot yang diprogram dan digerakkan oleh mereka. Lebih kejam lagi, kita yang telah menjadi robot itu diperhadapkan sesama robot yang tidak lain adalah saudara kita sendiri untuk saling menghancurkan.

Sebenarnya, Allah Swt telah menentukan sunnah-Nya, bahwa kita akan mendapatkan keberkahan dan kekayaan dengan syarat-syarat ini:

"Jika penduduk suatu negeri telah beriman dan bertaqwa, Kami akan membukakan kepada mereka keberkatan dari langit dan bumi." (al-A'raaf: 96)

Kenyataannya bahwa yang terjadi sebaliknya. Negara-negara Muslim, terasuk Indonesia kini memiliki kekayaan alam yang berlimpah, namun menderita kemiskinan dan kelaparan, kebodohan dan penyakit. Namun karena kekeringan iman dan keburukan Tauhid kita, ketika Allah Swt tidak lagi menjadi satu-satunya rujukan dan tujuan hidup, maka akibatnya adalah segala hal yang kini melanda kita sekarang.

Sungguh, nasib kita saat ini tidak kurang hanya karena kita telah mengabaikan perintah Allah, lupa terhadap peringatannya. Akibatnya Allah swt mendatangkan adzab yang dahsyat. Bukankah Allah telah memperingatkan:

"Hendaklah orang-orang yang meninggalkan perintah-Nya takut akan tertimpa fitnah atau adzab yang pedih." (an-Nuur: 63)

Ancaman Allah bahkan lebih berat lagi:

"Jika kamu berpaling, Dia akan mengganti kamu dengan kaum yang lain, dan mereka tidak seperti kamu." Muhammad: 3

Mengganti suatu generasi berarti menghancurkan dan membinasakan genarasi yang ada sebelumnya. Ini berarti kebinasaan dan kehancuran total. Bila suatu generasi sudah sulit diperbaiki lagi, tidak ada susahnya bagi Allah untuk menghancurkannya, sebagaimana sudah banyak disinyalir al-Qur'an tentang generasi terdahulu yang dihancurkan.

Untuk itu, sepantasnya bagi kita untuk mempelajari sejarah, menengok masa lampau terhadap generasi bangsa yang telah mengabaikan perintah-Nya. Sungguh sunnatullah itu telah berlaku di masa lalu, beralaku pula pada masa kini, dan akan tetap berlaku sampai akhir nanti.

"Telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah. maka berjalanlah di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang pendusta." (Ali Imraan: 137)


-------------
Mari kita membumikan Al-Qur'an
website:
http://ccc.1asphost.com/assalam/
-------------